Menanti Jodoh itu bagaikan menunggu
waktu berbuka puasa. Masa baligh adalah masa ketika mengawali hari untuk
berpuasa. Semua terasa indah pada awalnya, semua berjalan seakan tak ada beban
yang menyertainya. Cobaan demi cobaan pun dapat dengan mudah dilalui, karna
belum terlalu banyak yang difikirkan, belum banyak pula godaan duniawi yang
ditemukan, baik itu harta, tahta, maupun wanita, bisa jadi juga pria. Dan
alasan lain yang muncul adalah karena masa-masa ini seringkali disebut masa
“labil“, yaitu suatu masa disaat seseorang belum menemukan jati dirinya dan
belum menemukan apa tujuan hidupnya. Semua serba enteng, semua serba hepi. Yaaa
mungkin karena waktu masi “pagi“. Jadi rasa laparpun belum begitu menghantui.
Berbicara tentang puasa, Islam telah
mengajarkan umatnya untuk bersahur terlebih dahulu. “Makanan sahur adalah
makanan yang barakah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walaupun seorang
dari kalian hanya sahur dengan meneguk air, karena sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur”. (HR. Ahmad)
Setiap orang pun memiliki persiapan
sahur yang berbeda-beda. Ada yang memaksimalkan waktu sahurnya, ada yang sahur
seadanya, bahkan ada yang tidak mempersiapkan apa-apa disaat sahur. Mungkin
lupa, kesiangan, atau bisa jadi terlena dengan waktu tidurnya sehingga
melalaikan waktu sahur tersebut.
Semakin baik niat dan persiapan sahurnya
inshaaAllah semakin mantap menjalani puasa di siang harinya. Begitupun dalam
menanti jodoh. Semua butuh persiapan. Bahkan sejak usia dini. Orangtua berperan
sangat penting dalam proses “sahur“ ini. Karena pada masa ini seharusnya
orangtua yang menjadi sosok utama, bukan lingkungan. Orangtualah yang memiliki
hak sepenuhnya terhadap nilai-nilai kehidupan pada anak. Prinsip aqidah dan
akhlak adalah point paling mendasar pada masa "sahur" setiap insan.
Ketika waktu berpuasa tiba, maka
memanfaatkan waktu sebaik mungkin menjadi hal yang utama. karena terdapat
banyak pahala dan keberkahan disana. Niat dan tekad pun harus semakin kuat,
karena semakin siang akan semakin besar tantangan. Semakin bertambah usia akan
semakin banyak tanggung jawab dan cobaan.
Kembali ke masalah jodoh. Menanti jodoh
bagaikan menanti waktu berbuka puasa. Persiapannya harus dilakukan sesegera
mungkin. Allah swt berfirman:
“
Perempuan-perempuan yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan
laki-laki yang tidak baik adalah untuk perempuan yang tidak baik pula.
Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang
baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula...“ (Qs. An Nur:26).
inilah sebait surat cinta dari Allah
swt. janji Allah swt. Tuhan seluruh alam. Tuhan aku, kamu, dia, dan mereka.
Allah swt yang menguasai segala isi hati, yang merajai langit dan bumi.
Pada-Nyalah setiap takdir telah ditentukan dan kepada-Nya kita semua
dikembalikan.
Janji Allah swt tersebut menguatkan
motivasi bahwa untuk mendapatkan seseorang yang baik, maka harus berusaha untuk
menjadi pribadi yang baik pula. Karena jodoh adalah cerminan diri ini, maka
hijrah adalah solusi untuk memperbaiki diri. Belum ada kata terlambat, karna
jasad belum sampai ke liang lahat.
Jagalah diri dari hal-hal yang
membatalkan puasa. Karena ia akan mengurangi kenikmatan saat berbuka dan
menghilangkan esensi ibadah puasa. Begitupula dengan hati, jagalah ia sebaik
mungkin dari hal-hal yang tidak diinginkan Sang Pencipta. Mendekati zina adalah
satu diantaranya.
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk” (QS. Al-Isra’: 32).
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang
baik, maka tidak ada cara lain selain terus memperbaiki diri dan menjaga hati.
Inilah masa penantian. Saling memperbaiki diri sampai Allah mempersatukan.
Menanti Jodoh itu bagaikan menunggu
waktu berbuka puasa. Akhir-akhir ini tak jarang kita temukan orang-orang yang
menanti berbuka puasa justru dengan hal hal yang dilarang Penciptanya.
Penantian jodohpun diawali dengan hal-hal yang Allah tidak suka. Mulai dari
hubungan tanpa status (HTS-an), Pacaran Long distance (LDR), sampe Pacaran
Islami?.
HTS adalah hubungan ketika lelaki dan
perempuan yang bukan mahrom menjalani hubungan yang sangat akrab dan intens. Mereka
terkadang akrab seperti kakak-adek yang ketemu gede. saudara kandung bukan,
tapi mesranya terkadang melebihi kakak adek beneran. Ini sungguh kasian. Bukan
penantian seperti ini yang seharusnya dilakukan.
Nah ada lagi pacaran LDR. Suatu hubungan
lelaki dan perempuan yang bukan mahrom dengan status teman akrab “banget” alias
pacaran namun dilakukan didaerah yang terpisah. Misalnya sang lelaki di kutub
utara dan sang perempuan di kutub selatan. Lalu mereka menganggap hubungan ini
adalah sebuah penantian yang wajar. “gakpapa dong, kita kan cuma chatting-an
atau telfonan aja, ketemu nggak, pegangan juga kita nggak. Mata gak zina,
sentuhan juga nggak! Darimana zinanya coba???” eiits masi ada hati nih. Walau
mata tak memandang, tangan tak pegangan, tapi hati tetap jadi sasaran.
Waspadalah.. waspadalah..
Yang lucu juga ada yang judulnya pacaran
islami. Ini parah lucu banget. Jadi ketika seorang lelaki dan perempuan yang
belum menjadi mahrom menjalin sebuah hubungan yang katanya sebagai persiapan
menuju kejenjang pernikahan. “emang berapa lama persiapannya?”, “lima tahun”.
Wooow!!! Jadi selama masa persiapan ini kedua belah pihak sudah sangat yakin
dan mantap bahwa mereka saling berjodoh. Jadi mereka saling menunggu. Walau
chat ataupun telfonan sangat jarang dilakukan, namun hati sudah diisi oleh
seseorang yang belum berhak mendapatkan.
Selama ijab Kabul belum diucap, jangan
segampang itu meletakkan hati pada seseorang ataupun menempatkan seseorang
dihati. Karena berisiko terlalu tinggi. Untuk apa kita memiliki tujuan yang
baik dan mulia seperti menikah misalnya, namun diawali dengan hal-hal yang
Allah tidak suka pada awalnya. Bagaimana kita ingin mendapatkan keridho-an
Allah swt pada akhirnya.
Menjaga hati memang bukanlah hal yang
mudah. Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah swt pada titik-titik
kelemahan kita. Maka jadikanlah Qur’an dan hadist sebagai pegangan. Carilah
lingkungan yang mendekatkan kita pada-Nya. Karena ukhuwah atau rasa
persaudaraan dan kekeluargaan yang seringkali memberikan kekuatan, mungkin
sampai kita dinyatakan lulus dari berbagai ujian.
The last but not least. Menanti Jodoh
itu bagaikan menunggu waktu berbuka puasa. Apabila telah kau ketahui kapan
waktu berbuka puasa tiba, maka persiapkan dan segerakanlah. Dan apabila telah
kau temukan jodoh dalam istikharah, maka mantapkan dan menikahlah. Sebagaimana
Rasulullah mengajarkan untuk menyegerakan berbuka puasa, Rasulullah pun
mengajarkan untuk menyegerakan menikah. Karena menyegerakan tidaklah sama
dengan tergesa-gesa. Persiapkan dan segerakan, kepada Allah swt semua
diniatkan.
melihat kakek menghisap cerutu
cerutu dihisap beraroma melati
bila perasaan gundah tak menentu
adukan semua pada Pemilik hati
(Rizka Rahmayani)/ http://rahmayanirizka.blogspot.de/2015/03/menanti-jodoh-dan-berbuka-puasa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar