Tak terasa ya, sudah tahun baru lagi.” Pernahkah
Anda berkomentar demikian, atau paling tidak mendengar orang lain
mengucapkannya? Mungkinkah hanya perasaan Anda saja?
Ternyata tidak! Setiap orang merasakan
bahwa memang waktu semakin cepat berlalu.
Penelitian tentang hal ini mungkin terlau banyak diungkap. Namun, Republika
pernah sedikit mengulas tentang bukti ilmiah dari cendekiawan Harun Yahya,
bahwa telah terjadi peningkatan Resonansi Schumann. Yang awalnya diukur pada skala 7,8 hertz
tahun 1950, di tahun 1980 telah terukur di atas 11 hertz.
Resonansi yang terletak di antara
permukaan bumi dan ionosfer konduktif ini begitu penting, untuk menjaga bumi
dan semua bentuk kehidupan di bawah efeknya, dan sangat mempengaruhi percepatan
waktu di bumi.
Belum ada penelitian yang bisa menjelaskan
mengapa frekuensi dalam Resonansi Schumann mengalami kenaikan. Namun, sejak abad 14 tahun lalu Rasulullah
telah mengabarkan akan terjadi percepatan waktu sebagai salah satu tanda
datangnya hari kiamat.
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga
waktu saling mendekat, maka jadilah setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan
sepekan, sepekan bagai hari jumat (seperti sehari), sehari bagaikan sejam, dan
sejam bagaikan seperti terbakarnya pelepah pohon kurma (cepat sekali),” (HR
Ahmad dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani).
Jangan heran jika rasanya baru mengenyam
2013, tahu-tahu sudah berganti 2014. Baru
juga pulang kantor, tahu-tahu sudah harus berangkat lagi. Dan sejatinya, tahun-tahun mendatang akan
lebih cepat lagi berlalu.
Pantaskah jika pergantian tahun kita
bersuka ria dengan hura-hura kembang api? Tahun baru hanya dijadikan momentum
berganti gadget baru? Padahal belum
tentu ada kualitas yang makin terasah dalam diri kita menyambut tantangan tahun
mendatang. Apalagi mempersiapkan hari
kiamat? Orang betawi bilang,”pede bener!”
Masih ingat kisah tukang kayu yang
mengeluh ke majikannya akan sedikitnya pohon yang bisa ditebangnya dari hari ke
hari? Majikan si tukang kayu Cuma bertanya”memangnya, kapan terakhir kali kau
mengasah kapakmu?” Si penenebang kayu menjawab binggung, “mengasah? Saya tak
punya cukup waktu untuk mengasah kapak, pak.
Saya sangat sibuk menebang pohon.”
Kita mengakui waktu cepat berlalu. Rasanya waktu 24 jam tak cukup untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan yang ada.
Akibatnya, kita sering lupa untuk me-recharge
diri, karena sibuk dan sibuk. Tahu-tahu
umur bertambah tua, kesehatan menurun, ibadah tak terlalu banyak, otak makin
tumpul.
Betul, tahu-tahu sudah tahun baru
lagi. Tapi karena cepatnya pergantian
tahun adalah peringatan bahwa huru-hara kiamat makin dekat, maka senjata kita
harus makin tajam untuk menghadapinya. Sediakan
waktu untuk ‘mengasahnya’. Bukan malah
dibakar dengan suka ria kembang api atau begadang keliling kota sampai
pagi. (Meutia Gemala/Majalah Ummi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar