Merenungi hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, mengingati diri sendiri yang kerap lalai, bercermin dan bertanya,
adakah kepatutan bagi diri ini untuk disebut kuat. Sesungguhnya Rasulullah
shallaLlahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي
كُلٍّ خَيْرٌ, اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ
“Mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan
masing-masing memiliki kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam (mengerjakan)
hal-hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah
bersikap lemah.” (HR.
Muslim).
Ada beberapa pelajaran penting dalam hal ini. Pertama,
mukmin yang kuat lebih disukai daripada mukmin yang lemah. Tetapi keduanya
memiliki kebaikan, sehingga mukmin yang lemah pun tak dapat diremehkan. Kedua,
salah satu kunci kebaikan dan kekuatan itu adalah kesungguhan yang benar-benar
kuat dalam hal-hal yang bermanfaat. Ia bersemangat melakukan manakala mengetahui
bahwa itu merupakan kebaikan yang membawa manfaat bagi agama, betapa pun ia tak
begitu menyukai. Ketiga, tak akan kuat dan tak akan sanggup kita menghadapi
keadaan jika kita merasa lemah (تَعْجَزْ); yakni merasa tak sial, tak ada
harapan, atau sia-sia.
Di antara perkara yang mudah menjatuhkan kita kepada
perasaan lemah, sial dan tak ada harapan adalah hilangnya pengharapan hanya
kepada Allah Ta’ala dan sibuk menyesali apa yang telah berlalu disebabkan
lemahnya iman kepada takdir; sibuk meratapi apa yang telah lewat seakan
sehingga ingin mengubah masa lalu. Padahal, seburuk apa pun keadaan yang ada di
hadapan mata kita, tetaplah pandangan lurus ke depan. Bukan semata soal
optimisme, tetapi yakin pertolongan Allah Ta’ala sangat dekat.
Mari sejenak kita renungi hadis yang nyaris senada.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
احْرِصْ
عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجِزَنَّ , وَإِنْ أَصَابَكَ
شَيْءٌ فَلا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا ,
وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ
“Bersungguh-sungguhlah
dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah
(dalam segala urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika
kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya
aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi
katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan
apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka
(pintu) perbuatan setan.” (HR. Muslim).
Semoga
catatan sederhana ini bermanfaat.*
Oleh: Mohammad
Fauzil Adhim
(Hidayatullah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar