Halaman

Kamis, 31 Oktober 2013

Jerawat




Mahasuci Allah yang telah membaguskan fisikku maka baguskanlah akhlakku (doa bercermin)

Kupandang lekat-lekat wajahku di cermin.  Kumiringkan ke kiri, ke kanan, sambil menelusuri garis samar yang terbentuk antara daerah yang biasa tertutup jilbab dan wajah terbuka.  Belasan kali saraf jariku merasakan permukaan yang tidak rata.  Bintik-bintik kecil rapat berjajar di sana. Kudongakkan daguku.  Sebuah benjolan kecil dengan manis bertengger di sana.  Sementara itu, beberapa bintik merah kecil mengitarinya.  Kudekatkan dahiku ke kaca, serombongan titik hitam menghias di sana dengan suksesnya.  Di pipi? Oho, tiga biji mahluk mungil mengambil tempat dengan indah.  Lengkap sudah!

Kuelus-elus mahluk-mahluk di wajahku itu sambil berpikir, sejak kapan mereka ada di sana? Kupencet perlahan-lahan bintik kecil kemerahan yang menunggingkan warna putih.  Ini adalah pengalaman pertamaku mendapat serangan jerawat sedemikian banyak dalam satu waktu, pada usiaku yang 28 tahun lewat.  Sejak baligh, aku tidak pernah mengalami problem kulit yang serius, kecuali jerawat satu-satu yang muncul pada sekitar masa haid.
Lantas, sejak kapan jerawat dan teman-temannya itu menghias mukaku?Tepatnya, mengapa? Hm, sejak aku menganti tabir surya dengan alas bedak free oil? Sejak aku pergi ke Lampung dan mengalami perbedaan iklim? Sejak Jakarta mengalami pergantian cuaca yang tidak menyenangkan? Sejak aku sering berada di jalanan dan tersirami debu Jakarta dalam rentang waktu cukup lama?
Nyaris semuanya benar.  Akan tetapi, kurasakan ada yang lebih mendasar dari semua itu.  Oh Tuhan! Mahluk-mahluk itu muncul sejak diam-diam aku merasa bangga dengan kulitku yang mulus.  Jerawat-jerawat itu datang sejak aku merasa bangga dengan wajahku yang halus tanpa jerawat.  Hingga dengan bebas, aku dapat mengenakan apa saja di sana dan berganti-ganti kosmetik karena merasa kulit wajahku tidak akan sensitif terhadap bahan-bahan kimia itu.  Namun, kini?
Astaghfirullah! Allah langsung menghadiahiku sepasukan mahluk mungil yang dengan bangga menduduki wilayah wajahku.  Kini, aku merasakan seperti apa repotnya para perempuan nyaris sepanjang waktunya  berjerawat.  Kini, aku merasakan perihnya bintik-bintik kecil itu saat berwudhu dan mencuci muka.  Kini, aku merasakan binggungnya menutupi jerawat ini saat pergi ke luar rumah.  Kini, aku merasakan sedihnya keluargaku bertanya-tanya mengapa mukaku menjadi rusak.  Aku bahkan termimpi-mimpi jerawat itu memenuhi seluruh permukaan kulitku! Rabb, ampuni aku! Tuhan, maafkan kesombonganku!
Berhari-hari, akhirnya kubiarkan wajahku tanpa polesan, bahkan sekedar sapuan tipis bedak sekalipun tidak aku pakai.  Aku hanya menggunakan sabun pembersih.  Kuperbanyak mencuci muka dan berwudhu.  Kuperbanyak makan buah dan sayuran.  Akan tetapi, hingga sebulan berlalu, jerawat-jerawat bandel itu masih bertengger di sana.  Ilahi, terima kasih hukumanmu! Syukurku atas peringatan-Mu.
Kutatap kembali wajahku di cermin.  Kutelusuri seluruh permukaannya dengan telapak tanganku: halus, lembut, kenyal, dan mulus.  Tidak lagi bagai kendaraan melalui jalanan berbatu.  Hanya ada flek hitam samar di sana sini masih menghias, menunjukkan bekas jerawat.  Kini, sudah dua bulan terhitung sejak mahluk-mahluk mungil itu menguasai wajahku.
Lalu sejak kapan mereka pergi? Tidak jelas.  Hanya yang pasti, kemarin-kemarin aku berusaha menikmati keberadaan mereka.  Berjerawat adalah realitas yang bisa menimpa siapa saja.  Kemulusan wajah tidak layak dibanggakan karena ia hanyalah kondisi fisik yang setiap saat dapat berubah.  Aku harus menjaga karunia Allah ini -bukan membanggakannya- dengan menjaga kebersihannya dan tidak sembarangan berganti-ganti kosmetik meski hanya sekedar sabun pembersih.  Aku rajin berolah raga.  Aku makan makanan yang halal dan thoyyib.
Hal yang pasti juga, aku tidak lupa mensyukuri semua apa adanya dan selalu berdoa sebagaimana doa yang diajarkan Rasulullah.  Kini, tulisan doa itu menghias cermin di kamarku agar aku tidak lupa membacanya setiap kali bercermin,”Mahasuci Allah yang telah membaguskan fisikku maka baguskanlah akhlakku (Azimah Rahayu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar