Membahas cinta tak ubahnya membincang
kehidupan. Selalu seru, menarik dan tak jarang timbul perdebatan. Ibarat mata
air, cinta akan bertambah seiring dengan semakin dalamnya penggalian makna
cinta itu sendiri.
Tak ada kata yang bisa menjelaskan cinta
selain kata itu sendiri. Ia ibarat arus listrik. Tak terlihat, tapi bisa
membuat bola lampu bersinar. Ia juga bak angin. Ketika bergumul, kekuatannya
bisa membadai dan menghancurkan aneka bangunan yang ditemuinya.
Banyak kisah cinta yang beredar diantara
kita. Mulai yang jadul hingga yang terhangat. Mulai yang kuno hingga paling
modern. Meski dengan banyak perbedaan, inti ceritanya sama. Bahwa cinta, tidak
hanya bisa mengubah diri seseorang, tetapi juga mengubah sebuah bangsa bahkan
sebuah peradaban.
Cinta bisa tumbuh dari banyak sebab.
Mulai dari pandangan, kata-kata, wewangian, seringnya berinteraksi dan
keserasian antara rasa dan jiwa. Cinta memang tak berbentuk. Tapi ia mempunyai
ciri-ciri. Mereka yang tengah dilanda cinta bisa ditengarai dengan suka menyebut
nama orang yang dicintai, bergetar bila disebutkan nama kekasihnya, selalu
teringat dengan sosoknya, menuruti apa saja yang diingini sang kekasih, suka
termenung, menggandengkan namanya dengan nama orang yang dicintai, senang
bertanya kabar tentangnya, rindu untuk bertemu, dihinggapi rasa resah dan
gelisah, menyukai tempat yang disukai kekasihnya, menyukai apa yang disukai
kekasihnya, menekumi hobi kekasihnya, grogi dan salah tingkah saat berjumpa,
muncul rasa cemburu, rela berkorban, bersikap sopan dan lemah lembut, dan suka
memberi perhatian lebih kepada yang dicintai.
Cinta juga mempunyai banyak jenis. Mulai
dari cinta monyet, cinta lokasi, cinta musiman, cinta kilat, cinta buta, cinta
harta, dan cinta karena Allah. Ia juga sering disimbolkan. Baik dengan gambar
hati yang ditusuk anak panah ataupun dengan warna merah jambu.
Oleh karena fitrahnya cinta, islam
sebagai ajaran yang paling selaras dengan fitrah alam dan kemanusia memberikan
aneka aturan agar cinta tumbuh sesuai dengan aturan Allah. Karena cinta adalah
ciptaan Allah, maka hanya Allahlah yang berhak untuk memberikan aturan tentang
cinta. Karakteristiknya dan bagaimana menyalurkannya.
Islam tak mengenal pengasingan diri
tanpa cinta. Islam juga melarang perayaan cinta tanpa batas. Islam, mengatur
cinta dalam koridor yang jelas, pernikahan. Jika mencintai, maka konsekuensinya
adalah menikahi. Jika tak mampu, Rasul memberikan solusi untuk berpuasa.
Sehingga, sebagai kaum muslimin, maka
yang harus dilakukan adalah mengatur cinta agar sesuai dengan apa yang telah
Allah gariskan dan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Agar cinta tetap suci
dan bisa menjadi sarana untuk mengantarkan kepada cinta sejati, Allah dan
RasulNya.
Diperlukan keteguhan hati untuk hal ini.
Apalagi ketika zaman semakin tua. Ketika pergaulan sudah bebas. Begitupun
dengan aneka buadaya yang tidak selaras dengan nilai kemusliman masuk dengan
mudahnya ke dalam jenak kehidupan kita.
Sehingga, penjagaan diri adalah hal yang
mutlak. Menjaga diri berarti terus memperbaiki kualitas diri agar tidak
terjerumus dalam kehiduapn hedonis yang mendambakan materialisme dan fisik
semata. Menjaga diri dengan terus mendekatkan diri kepada Allah dan memperdalam
ilmu menjadikan seseorang menjadi lebih tenang. Penjagaan diri ini juga membuat
seorang pemuda agar terus PD meskipun terasing dengan sekitarnya yang tidak
islami. Ia bisa terus melaju dalam keimanan yang baik, agar cinta yang suci
itu, bisa dirayakan ketika masanya tiba dengan cara yang benar pula.
Akhirnya, bagi kaum muslimin, cinta
mereka adalah cinta yang sehat. Cinta mereka adalah cinta yang taat. Cinta
mereka adalah cinta yang kuat. Cinta mereka adalah cinta yang bisa menjadi
inspirasi penggugah jiwa. Yaitu cinta yang berbalut pernikahan islami sehingga
rindumu, bersatu dengan rindu ia yang menjadi cintamu. Satu hal yang tak boleh
dilupa, dirimu adalah potret kekasihmu. Maka perbaikan diri adalah cara paling
jitu untuk mendapat cinta agar sesuai dengan yang kita cita-citakan.
Memperbaiki diri adalah jalan, agar hati tak salah mencintai.[Pirman]
Resensi
Buku: Agar Hati Tak Salah Mencintai/
Jauhar al-Zanki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar