Sebagian besar burung memerlukan
individu dan jenis burung lainnya. Dalam
aktivitasnya, sehingga sebagian besar
burung bersifat berkelompok. Terdapat
beberapa jenis burung yang penyendiri (soliter) misalnya raja udang
(Alcedinidae), burung pemangsa (accipitridae), tikusan (Rallidae), wiwik dan
kankok (Cuculidae). Dalam keadaan
tertentu jenis-jenis soliter tetap membutuhkan jenis burung lainnya atau
individu lainnya.
Melakukan aktivitas atau interaksi dengan
yang lainnya, burung menggunakan bahasa sbg sarana komunikasi. Pada burung terdapat berbagai jalan untuk
mengirimkan pesan, dengan suara maupun dengan aksi yang mungkin melibatkan
pameran bulu atau hiasannya. Namun pecakapan burung yang paling jelas berupa
kicauan.
Menurut
Olin Sewall Pettingill, nyanyian burung merupakan serangkaian bunyi yang
diulang secara konsisten menurut pola khusus tertentu dan kebanyakan dilakukan
individu jantan.
Defenisi
tersebut, membedakan lagu dengan nada panggilan serta bunyi lain yang dibuat
burung. Sekaligus pembeda dengan “vokal”
yang mencakup tokokan berirama pada burung pelatuk, kepakan sayap pada ayam dan
peragaan kayu pada trulek serta berkik di udara, bunyi yang timbul akibat bunyi
bulu bertakik pada sayap dan ekornya.
Beberapa lagu burung sedemikian rumitnya
sehingga yg sampai ke telingga kita sangat merdu. Burung petebah jantan
merupakan penampil ulung, nyayiannya mencakup 2000 lagu.
Branjangan
pohon (Lullula arborea) selama 5
menit dapat menyanyikan 103 macam irama yang berbeda dengan kecepatan 68-80
nada perdetik. Unggas yang kurang
berbakat pun kerap kali mengeluarkan suara sumbang, mirip suara serangga.
Entah merdu atau sumbang, sebagian besar
nyanyian burung berfungsi dua:
- Untuk memaklumkan wilayah pejantan dan mengusir pejantan lain
- Untuk memamerkan kejantanannya pada jodoh yang ada dan merangsang nafsu seksual.
Pada burung jantan kicauan kian kerap
agresif, bila terdengar adanya pejantan lain. Penyelundup yang melanggar garis
teritorinya akan diserang. Akan tetapi
biasanya satu kicauan sudah cukup untuk mengusir penyelundup tersebut. Individu jantan akan menyerang jantan lainnya
yang berasal dari jenisnya, dan membiarkan jenis burung lain memasuki
wilayahnya.
David Lack mengadakan eksperimen terhadap
sepah putri inggris, menemukan bahwa hal yang membuat burung tersebut agresif
adalah dada merah lawannya. Malah
sejumbai bulu dada berwarna merah pada sebatang kawat pun akan diserangnya dengan
ganas. Ketika bulu tersebut dipindahkan maka bekas tempatnyalah yang diserang.
Seringkali tanda perkelahian yang
berasal dari bulu baik berupa warna dan lainnya, berfungsi sebagai tanda
perkelahian terhadap jantan lain,
sekaligus menyebar benih ketaklukan pada betina siap kawin.
William Vogt mengadakan eksperimen untuk
mengetahui emosi pejantan burung leher-kuning dengan mengubah tanda kelamin yang
tampak pada betina yang dalam teritorinya dengan menempelkan tanda hitam pada
mukanya (pada burung betina tidak terdapat tanda hitam). Ketika pejantan itu kembali, reaksinya yang
pertama, berupa perilaku terkejut dan terguncang, “seolah-olah dikhianati
kekasihnya”, lalu si penipu itu diserangnya.
Pada banyak jenis burung, ancaman
merupakan taraf pertama percumbuan. Bila seekor betina tertarik oleh seekor
pejantan karena lagunya, pejantan mungkin akan menakuti-nakutinya. Tetapi betina itu dapat memperdayanya dengan
suatu tanda peredaan, suatu isyarat
halus seperti membuang muka atau dapat menyatakan penyerahan diri dengan
mengetarkan sayap dan meminta-meminta makan seperti bayi.
Pengumpanan dalam rangka percumbuan
merupakan hal yang biasa di antara banyak burung pekicau dan biasanya mengarah
kehubungan seksual. Disini kicauan juga mempunyai peran. Kicauan banyak pejantan merangsang betina
membangun sarang. Sarang yang sudah selesai kemudian mendorongnya untuk
bertelur.
Berkicau paling lama pada waktu pagi,
kemudian berkurang pada tengah hari.
Burung yang paling tidak mengenal lelah adalah burung vireo mata merah
(burung pengkhotbah) terhitung pernah melakukan kicauan sebanyak 22.197 kali
antara fajar dan senja.
Telah menjadi aksioma bahwa burung yang
sangat bersamaan wujudnya mempunyai kicauan yang beranekaragam. Ada banyak burung geledekan kecil di Amerika,
prenjak daun di Eropa dan burung suku cabak malam di seluruh dunia yang sangat
mirip satu sama lain, hingga membinggungkan para ahli, kecuali kalau sudah berbunyi. Kicauan merupakan mekanisme pemisah yg
mencegah burung dlm memilih sekutunya.
Kicauan adalah sangat penting bagi
burung penghuni daerah yang padat tumbuhan.
Seringkali burung tersamar di tengah lingkungannya hingga harus berkicau
untuk menarik perhatian. Prenjak
perumpung, penghuni hutan lebat lebih sering berkicau daripada prenjak teki yang
dapat mengandalkan komunikasi mata di tengah habitatnya yang terbuka.
Dari berbagai pengalaman, burung yang
warnanya sederhana tergolong pekicau paling berbakat. Burung yang warnanya cemerlang cenderung
menggunakan pola gembiranya untuk memamerkan diri, sedangkan banyak burung yang
warnanya suram hanya dapat “mengiklankan diri” dengan suara. Karena tidak mempunyai bulu yang cerah dan
tenggelam di bentang alam yang besar burung itu membumbung ke udara mencurahkan
kicauannya.
Bagaimana Burung
Belajar Berkicau?
Cara burung belajar berkicau sangat
mirip cara manusia belajar berbicara.
Mula-mula salah satu bagian otak burung mengendalikan perkembangan
bahasa (suatu situasi sejajar yang terjadi dalam otak manusia). Lebih-lebih burung secara genetis ditakdirkan
untuk belajar berkicau tepat sebagaimana secara genetis diperlengkapi untuk
berbicara. Agar dapat mengembangkan
pola-pola vokal biasa, seperti manusia, burung harus mampu mendengar dan
menirukan burung dewasa. Pertama, anak
burung sibuk mencari-cari bunyi yang benar seperti yang dilakukan anak manusia
selama tahap berceloteh. Namun karena
kemampuan burung untuk belajar bahasa mencapai puncak sewaktu masih muda
(biasanya selama masa setahun pertamanya) anak burung pun cepat mengembangkan
kosa kata sepenuhnya.
Sesekali beberapa burung memang
mempelajri kicauan jenis lain biasanya dilakukan keluarga jalak maupun
branjangan. Burung peniru di Kalifornia
mencapai penghususan sebagai peniru burung pelatuk setempat dan bahkan kodok
pohon. Tetapi secara keseluruhan burung
yang mempelajari kicauan jenis lain relatif langka. Bahkan beo, yang dikenal
sebagai peniru percakapan manusia, bila hidup di habitatnya hanya menirukan
suara beo lain.
Bila mempelajari kicauan jenisnya,
burung menyuguhkan versi khusus yg dikicauakan teman terdekatnya. Versi ini dlm berbagai kasus berbeda dgn
versi yg dikicaukan jenis yg sama ditempat lain. Versi yang berbeda-beda dalam daftar lagu
suatu jenis disebut dialek. Tidak semua
burung yang mempunyai dialek, tetapi bagi burung yang mempunyainya, individunya
cenderung tinggal dan berbiak di daerah tempatnya belajar berbicara.
Sebagai akibatnya, terbentuklah peta daerah dialek burung.
Dialek beberapa jenis hanya berubah
secara berangsur-angsur melampaui jarak yang cukup jauh. Tetapi jenis-jenis
lain, seperti misalnya burung gereja di lingkungan pantai Kalifornia, telah
membangun batas-batas daerah yang jelas. Bila pengamat berdiri di perbatasan
itu dapat mendengar burung gereja di sebelah utara berkicau dengan satu dialek,
sedangkan di bagian selatan berkicau dengan dialek lain. Garis pemisah yang
tegas semacam itu mencegah kedua kelompok tersebut mengadakan pembiakan silang. Ternyata burung gereja pada salah satu sisi
perbatasan daerah daerah tersebut dapat sampai menjadi berbeda secara
sedemikian subtansial dengan tetangganya diseberang perbatasan sehingga
akhirnya berkembang menjadi anak jenis baru.
Kicauan setiap burung ada keanehannya yang
pelik dan perbedaan yang hampir tak dapat dibedakan oleh telingga manusia.
Kicauan dpt membantu burung mengenali jodoh dan tetangganya serta mendeteksi
burung asing. Pingguin adelie yang
tinggal di sarang padat daerah antartik dapat mengenali jodohnya dengan suara,
bahkan setelah terpisah berbulan-bulan.
Anak-anak pingguin akan menjawab suara induknya yang diputar kembali pada
kaset perekam.
Nicholas Collias dari Universitas kalifornia
mengelompokkan aneka bunyi yang ditimbulkan oleh burung menjadi lima
golongan,yaitu:
- Gerak berkawan dan gerak kelompok
- Pangan
- Pemangsa dan musuh
- Hubungan induk dan anak
- Perilaku seksual serta agresi.
Golongan
kelima merupakan kicauan yang umumnya terjadi pada burung.
Banyak burung kawanan yang mempunyai
nada pengumpan, tanda berkumpul dan panggilan terbang khusus. Di ladang tempatnya merumput, angsa kanada
berkomunikasi dengan nada yang rendah dan mendengkur. Pekik-pekik keras menandai gerak lepas landas
dan ketika gerombolan teratur itu menuju cakrawala, kawanan tersebut
melanjutkan paduan suaranya yang keras.
Pada burung puyuh Amerika Utara
disamping mengumandangkan seruan bob-white yang jelas, suatu “pangilan
perindukan” juga menimbulkan bunyi ka-loi-kee? yang terdengar seperti
pertanyaan dan disambut dengan jawaban berupa whoil-kee! Jeritan burung
dewasa ini menghimpun kembali kawanan yang tercerai berai, dan merupakan reaksi
dari tanda sesat “ cit-cit yang disuarakan anaknya.
Burung dara laut yang menemukan sedikit
makanan akan menelannya dengan diam-diam.
Tetapi andaikata masih ada lebih dari yang dapat dihabiskannya sendiri,
maka keuntungan itu diumumkan kepada dara laut lain yang dapat mendengar, dengan
jalan teriakan tiga suku kata.
Pekik peringatan pada ayam dapat
membedakan apakah ancamannya berupa alap-alap di udara atau anjing, kucing atau
manusia di tanah. Ayam betina yang
melihat alap-alap menjerit keras sehingga anak-anaknya bersembunyi, tetapi jika
anjing atau manusia yang datang tanda bahaya itu adalah bunyi berkotek-kotek.
(Pertemuan
Keenam Kuliah Ornitologi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar