Halaman

Kamis, 14 Februari 2013

SAMPLING


Sensus dan Sampling
Inventarisasi hutan merupakan salah satu cabang ilmu kehutanan yang membahas tentang metode penaksiran potensi hutan.  Untuk mengetahui sifat-sifat  dari suatu populasi  umumnya tidak dilakukan terhadap semua anggota populasi secara penuh (sensus), tetapi hanya dilakukan terhadap sebagian anggota populasi yang terpilih sebagai pewakil (sampling).  Demikian pula halnya dengan pengamatan potensi hutan, umumnya dilakukan pada sejumlah satuan pewakil atau contoh, dimana satuan tersebut dapat berupa pohon, satuan luas, maupun satuan-satuan lainnya.
Walaupun metode sensus jarang  digunakan dalam menaksir potensi hutan.  Namun, perlu juga diketahui perbedaan antara sensus dan sampling.  Sensus adalah cara pengumpulan data dengan mencatat seluruh objek yang akan diamati.  Misalnya untuk menghitung populasi ikan di kolam, yaitu dengan cara menguras air kolam dan menghitung secara langsung seluruh ikan yang berada di kolam.  Sedangkan sampling adalah  cara pengumpulan data dengan cara mencatat sebagian objek dari objek yang akan diamati.  Misalnya untuk menghitung populasi  ikan di suatu teluk, dilakukan dengan cara mengambil sampel di suatu bagian dari teluk tersebut.
Kelebihan dan Kekurangan
Dari cara pengambilan datanya metode sensus menghasilkan data yang lebih mendekati kondisi sebenarnya dari objek yang diamati.  Namun, sensus mempunyai beberapa kekurangan yaitu hanya dapat digunakan pada kondisi habitat tertentu atau arealnya tidak terlalu luas, pada daerah yang luas dibutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak.  Sampling mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah digunakan, membutuhkan waktu  yang relatif singkat, serta tenaga dan biaya yang lebih murah.  Kekurangan dari metode ini data yang diperoleh cenderung lebih menyimpang dengan kondisi yang sebenarnya.
Beberapa Alasan Penggunaan Metode Sampling
Terdapat beberapa alasan sehingga pengamatan melalui sampling dilakukan, yaitu antara lain sebagai berikut:
  1. Alasan efisiensi waktu dan biaya
Pengamatan secara penuh terhadap seluruh objek pengamatan (populasi) umumnya memerlukan waktu yang cukup lama di satu pihak, sedang pada pihak lain, kebutuhan akan informasi yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan biasanya sangat mendesak untuk kepentingan penyusunan rencana pendayagunaan objek yang bersangkutan.  Juga dapat dipahami bahwa pengamatan akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal pengamatan hanya merupakan salah satu tahap awal dari rangkaian sejumlah tahapan kegiatan yang kesemuanya memerlukan biaya.  Melalui sampling, dapat diperoleh informasi dalam waktu yang relatif terbatas dengan pengerahan dana yang terbatas pula.
  1. Alasan adanya resiko kerusakan yang dapat timbul dalam pelaksanaan pengamatan
Terdapat beberapa jenis pengamatan yang hanya dapat dilakukan melalui pengrusakan objek yang diamati.  Pengamatan biomas tumbuhan, misalnya hanya dapat dilakukan jika objek atau tumbuhannya dicabut dan dikeringkan untuk seterusnya ditimbang.  Dengan demikian dapat dibayangkan, jika dilakukan pengamatan secara penuh dan bukan dengan sampling, maka untuk kepentingan pengamatan termaksud semua tumbuhan harus dicabut, dan semua pohon  harus ditebang.  Selanjutnya akan menyusul pula suatu pertanyaan mengenai tujuan dan manfaat dilakukannya pengamatan tersebut, jika semua tumbuhannya sudah dicabut atau semua pohonnya sudah ditebang?
  1. Alasan ketelitian dalam pelaksanaan pengamatan
Suatu pengamatan memerlukan suatu konsentrasi khusus untuk menjamin ketelitian pengamatan tersebut.  Pengamatan sejumlah kecil anggota populasi secara teliti akan dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk menjadi dasar dalam menjelaskan sifat-sifat populasi dari pada hasil yang diperoleh melalui pengamatan terhadap semua anggota populasi yang dilaksanakan secara kurang atau tidak teliti.   Pengamatan terhadap semua anggota populasi yang diamati, berarti semakin banyak waktu dan tenaga yang dihabiskan.  Hal ini lambat laun akan menyebabkan merosotnya kondisi fisik dan stamina pengamat , yang akan berdampak pada konsentrasi pengamat yang akan menyebabkan semakin menurunnya tingkat ketelitian yang dilakukan.
  1. Alasan ekonomi atau nilai manfaat
Pengamatan terhadap semua anggota populasi secara penuh akan memerlukan biaya yang cukup besar, dan untuk hal-hal tertentu dapat menyamai dan bahkan melebihi nilai informasi yang akan diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan.  Pengamatan dengan metode sampling diharapkan dapat meminimalkan biaya pengamatan tanpa mengabaikan faktor ketelitian hasil pengamatan.
Prinsip dan Perencanaan Sampling
Prinsip–prinsip yang perlu diperhatikan dalam sampling adalah:
1.        Keterwakilan (Representativeness).  Contoh yang  terpilih harus dapat mewakili  semua unsur atau kelompok yang ada dalam populasi secara proporsional.
2.        Ketelitian (Accuracy).  Selang taksiran bagi parameter sedapat mungkin tidak melampaui batas-batas  tertentu yang ditetapkan sebelumnya, dimana hal tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat keragaman populasi dan jumlah contoh atau intensitas sampling.
3.      Kepraktisan (Efficiency).  Diupayakan untuk memperoleh suatu tingkat ketelitian  tertentu, dengan pengorbanan waktu, tenaga dan biaya yang minimal.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka perencanaan sampling dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Perumusan tujuan pengamatan
  1. Penentuan batasan populasi beserta unit-unitnya
  2. Pengumpulan informasi pendahuluan atau gambaran umum populasi
  3. Penentuan jumlah unit contoh yang akan diamati berdasarkan tingkat ketelitian yang diinginkan.
  4. Penentuan metode sampling yang akan digunakan
  5. Penentuan faktor atau peubah yang akan diukur, beserta cara pengukuran dan alat ukur yang akan digunakan.
  6. Penentuan metode analisis yang akan digunakan
  7. Penentuan personil pelaksana, perencanaan kebutuhan biaya dan penyusunan jadwal pelaksanaan.
Metode- Metode Sampling
Dalam kegiatan inventarisasi hutan terdapat bermacam metode sampling yang digunakan, penggunaan bermacam sampling tersebut dipengaruhi oleh kondisi populasi yang diamati.  Sejumlah metode sampling yang diumum digunakan di antaranya:
      Berdasarkan ada tidaknya kemungkinan bagi sebuah anggota populasi untuk terpilih lebih dari satu kali, dikenal:
  1. Sampling tanpa pemulihan yaitu sampling dimana setiap anggota populasi hanya mempunyai satu kemungkinan satu kali utk terpilih sebagai contoh.
  2. Sampling dengan pemulihan yaitu sampling dimana setiap anggota populasi dapat terpilih lebih dari satu kali.
Berdasarkan obyektivitas/subyektivitas dalam sampling, dikenal:
  1. Sampling acak (Random sampling) yaitu sampling dimana semua anggota populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai contoh.
  2. Sampling pertimbangan (Purposive sampling) yaitu sampling yang dilakukan berdasarkan pertimbangan subyektivitas dari pelaksananya.
Berdasarkan keteraturan unit-unit contoh terpilih,  dapat juga dibedakan antara:
  1. Sampling acak yaitu sampling yang unit-unit  pengamatannya menyebar secara tidak teratur, baik dilihat dari nomor urut penetapannya, maupun penyebarannya di lapangan.
  2. Sampling sistematik yaitu sampling yang dilakukan menurut suatu pola sistimatis, sehingga urutan nomor atau penyebaran unit-unit  contoh yang diamati akan terpola dengan suatu interval yang sistematis.
Berdasarkan ada tidaknya perlakuan awal berupa:
  1. Sampling sederhana (Simple sampling) yaitu sampling yang tidak didahului oleh perlakuan pengelompokan.  Sampling ini biasanya dilakukan pada populasi-populasi yang dianggap relatif homogen.
  2. Sampling stratifikasi atau sampling berlapis (Stratified sampling) yaitu sampling yang didahului dengan pengelompokan populasi ke dalam sub-sub populasi.  Sampling ini dilakukan pada populasi yang heterogen.

Bacaan Utama:  Dr. Ir. Daud Malamassam. 1997. Bahan Ajar Inventarisasi Hutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar