Halaman

Kamis, 15 November 2012

Tidak Usah Bilang Wow

"Terus gw harus bilang wow gitu?" Ini dia kata-kata yang sedang happening banget. Dipopulerkan oleh sebuah sinetron remaja, hingga sekarang bukan cuma remaja saja yang latah nyeletuk pakai kata-kata itu. Anak-anak sampai ibu-ibu pun ikut-ikutan.
Terus, apa kita harus salto sambil bilang wow karena fenomena ini? Ya tidak harus, tapi kalau mau salto dari puncak gedung wisma 46, silakan kalau berani.
Kata “wow” biasanya diucapkan bila melihat sesuatu yang menakjubkan. Tapi, apakah kita harus selalu bilang wow bila menemukan sesuatu yang menakjubkan? Tidak usah. Karena sebenarnya ada kalimah thoyibah, atau kata-kata baik yang berpahala bila kita ucapkan saat melihat sesuatu yang menakjubkan.
Ucapkanlah “Masya Allah” bila bertemu dengan hal yang menakjubkan itu. Ini sesuai dengan yang dituntun oleh Al-Qur’an serta kebiasaan dalam bahasa Arab.
Tuntunan dalam Al-Qur’an bisa kita temui dalam surat Al-Kahfi ayat 37: “Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan” (QS 18:39).
Dalam lisan bahasa Arab pun terbiasa mengucapkan Masya Allah pada hal-hal yang mengagumkan dan menakjubkan. Mereka tidak berkata wow sambil salto tujuh kali ke belakang melewati pohon kurma. Tapi walaupun ini kebiasaan orang Arab, kebiasaan ini bernilai pahala karena ada dzikir dalam ucapannya. Beda dengan kata “wow” yang tidak ada makna dzikir. Dan jangan berpikiran berlebihan bahwa mengganti kata wow dengan Masya Allah adalah arabisasi. Ini ibadah kok.
Bagaimana dengan kata Subhanallah? Ini adalah termasuk kalimah thoyyibah. Hanya saja, sering terjadi kesalahan kondisi pengucapan pada masyarakat kita. Subhanallah sering diucapkan oleh masyarakat kita bila menemui hal yang menakjubkan. Padahal dalam Al-Qur’an, kata subhanallah sendiri dipakai untuk mensucikan Allah dari hal-hal yang tidak pantas.
"Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?" Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau (Subhanaka). Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu".(QS 34: 40-41)
"Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah (subhanallah), dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."(QS 12: 108)
Kita perlu menyesuaikan pengucapan kalimah thoyibah dengan tuntutan Al-Qur’an. Bila bertemu hal yang menakjubkan, ucapkan masya Allah. Bila bertemu hal yang tak pantas, misalnya ada teman yang curhat: “Kenapa ya Tuhan gak mau mengizinkan gw lepas dari status jomblo,” ucapkan “Subhanallah. Maha Suci Allah dari tuduhan kamu…” Seperti itu lah.
Juga ada kalimah thoyyibah: Allahu Akbar. Ini pun bila bertemu dengan sesuatu yang menakjubkan. Kita sudah paham artinya: Allah Maha Besar. Ucapan Allahu akbar saat melihat yang mengagumkan menandakan kita kagum pada Pencipta Hal Yang Menakjubkan Itu.
Kata Allahu akbar dan subhanallah juga diucapkan dalam perjalan. Bila kita berjalan dan menemukan jalanan mendaki, ucapkan Allahu akbar. Bila bertemu jalan menurun, ucapkan subhanallah.
“Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata: "Apabila kami berjalan mendaki (naik), kami bertakbir dan apabila menuruni jalan kami bertasbih” (HR. Bukhari).
Ada banyak kalimah thoyibah lain. Misalnya ucapan istirja’ bila menemukan musibah. Yaitu kalimat: Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Inilah tuntunan Al-Qur’an untuk kita.
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."” (QS 2:155-156)
Misalnya ada teman yang ngadu pada kita, “Bro, kacau bro, ban motor gw kempes diantup tawon,” jangan ucapkan: “Terus gw harus ngunyah sarang tawon sambil bilang wow gitu?” Ada ucapan yang lebih baik yaitu Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Jangan salah kaprah menyangka ucapan ini hanya bila mendengar kabar kematian.
Bagaimana bila mendapati sesuatu yang menyenangkan. Juga tidak perlu bilang wow. Apalagi sambil ngemut tugu monas. Ucapkan “Alhamdulillah”. Inilah tuntunan dalam Islam.  Ucapan ini tanda syukur kita kepada Allah. Syukur secara lisan. Masih menanti syukur dalam bentuk perbuatan.
Bila memulai sesuatu, Islam menuntun kita untuk membaca basmallah. “Bismillahirrohmanirrohiim”. Bukan kata wow. Masa’ hendak makan kita bilang wow dulu?
Dan bila melakukan perbuatan kesalahan, beristighfarlah!! Ucapkan “Astaghfirullahal ‘azhiem.” Aduh, jangan sampe setelah kita berbuat dosa dengan melawan orang tua, kita malah ambil speaker keliling kampung untuk bilang wow. Na’udzubillahi min dzalik. (Semoga kita dilindungi Allah dari perbuatan demikian. Ini juga kalimah thoyyibah agar terlindung dari hal-hal buruk. Jangan bilang wow bila bertemu hal buruk.). Manusia memang tak lepas dari dosa, tapi ada kalimah thoyyibah istighfar yang membersihkan dari dosa. Bilang wow malah kesannya bangga sehingga dosa malah makin besar.
Itulah kalimah thoyyibah yang seharusnya kita ucapkan sebagai muslim. Pada berbagai kondisi, ada pahala yang menanti kita bila mengucapkan kalimah thoyyibah. Itulah indahnya Islam, ada banyak jalan untuk mencapai kebaikan. Wow.. eh… Allahu akbar..!!
Sumber: Islamedia/muslimmuda

Sabtu, 10 November 2012

Sehat Cara Nabi? Jalan Kaki Yuk


     Iya nggak sih, Sob... mesti kelihatannya sepele, namun jalan kaki kini menjadi hal yang jarang dilakukan orang. Karena kini telah banyak kendaraan yang bisa digunakan untuk bepergian, meski dalam jarak yang teramat dekat. Akibatnya, kita menjadi tergantung dengan motor, bahkan mobil untuk menuju ke suatu tempat.
     Padahal, berjalan kaki adalah anjuran Rasulullah, apalagi berjalan menuju masjid untuk menunaikan kewajiban shalat berjamaah. Bukan hanya memberi kesehatan fisik bagi pelakunya, tapi juga pahala yang sangat besar kelak di akhirat.   Bahkan, semakin jauh jarak rumah seseorang dari masjid, setiap langkahnya akan dihitung sebagaimana tersirat dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya:
“Orang yang paling besar pahalanya dalam shalat ialah yang paling jauh berjalan – menujunya. Orang yang menunggu shalat sampai ia menunaikannya bersama Imam lebih besar pahalanya dari orang yang menunaikannya kemudian tidur. Dalam riwayat Abu Kuraib, “Sampai ia menunaikannya bersama Imam dalam shalat berjamaah.” (HR Muslim)   Dalam tinjauan medis, berjalan kaki, selain merupakan olah raga yang murah-meriah, ternyata memberi manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Berjalan kaki bermanfaat memperbaiki kinerja jantung, menjaga kesehatannya, menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah, memperbaiki metabolisme dan mengoptimalkan penyerapan makanan.   Berjalan kaki juga dapat meringankan ketegangan psikologis seperti kecemasan dan kegalauan (uhuk, yang lagi galau!) yang muncul akibat beban hidup sehari-hari yang tak kenal henti. Maka dari itu, dengan berjalan kaki akan menjadikan seseorang memahami dirinya sendiri dengan positif; ia akan merasa bahagia, gembira dan selalu optimis terhadap dirinya.
      Nabi Muhammad SAW dikenal memiliki kebiasaan berjalan kaki, sebagaimana ditunjukkan sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan dari Rasulullah; roman mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah melihat orang yang secepat beliau. Seolah-olah bumi ini digulung oleh langkah-langkah beliau ketika sedang berjalan. Walaupun kami berusaha untuk mengimbangi jalan beliau. Tapi beliau tampaknya seperti berjalan santai saja.”   Bahkan Rasulullah tak jarang mengajak istrinya beliau untuk melakukan aktivitas yang menyehatkan tubuh. Rasulullah pernah mengajak istrinya, Aisyah, untuk berlomba dengan beliau.
      Aisyah mengisahkan, “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!”
Para shahabat pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari.   Beberapa waktu setelah kejadian tersebut, dalam sebuah riwayat disebutkan: ”Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.” Suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau. Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.”
      Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?”
      Beliau berkata, “Marilah kita mulai.” Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, ”Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abi Dawud)    
Jalan Kaki Mengusir Penyakit 
JALAN kaki sering dianggap sepele dalam kategori jenis olahraga. Padahal sudah terbukti jalan kaki yang dilakukan secara rutin bisa mengatasi berbagai masalah kesehatan mulai dari migren, berat badan, masalah pernapasan, jantung, dan lain sebagainya.   Tahukah Sobat, jalan kaki santai setidaknya 2-3 km per hari mampu mengatasi berbagai penyakit? Berikut 10 manfaat jalan kaki seperti dikutip dari Medicine:
  • Menghindarkan dari diabetes tipe 2. Program pencegahan diabetes memperlihatkan, jalan kaki 150 menit per minggu akan mengurangi 7 persen berat badan atau sekitar 7 kg. Lebih penting lagi mampu menurunkan penyakit diabetes hingga 58 persen.
  • Memperkuat jantung pria. Dalam sebuah penelitian, tingkat kematian pada pria pensiun yang berjalan kaki kurang dari 1 mil per hari dua kali lebih banyak dibanding mereka yang  menempuh jarak 2 mil per hari.
  • Memperkuat jantung wanita. Studi yang dilakukan pada 72.488 wanita memperlihatkan, jalan kaki 3 jam per minggu akan mengurangi risiko terkena serangan jantung atau jenis penyakit jantung lain.
  • Baik untuk otak. Dalam studi tentang jalan kaki ditemukan, wanita yang berjalan 1,5 jam per minggu memiliki fungsi kerja organ kepala yang lebih baik daripada mereka yang hanya berjalan 40 menit per minggu.
  • Baik untuk tulang. Riset memperlihatkan bahwa wanita menopause yang berjalan kurang lebih 1 mil per hari memiliki kepadatan tulang lebih baik daripada mereka yang  sedikit berjalan kaki, dan jalan kaki sangat efektif untuk menurunkan kehilangan massa tulang di bagian kaki.
  • Mengurangi gejala depresi. Jalan kaki selama 30 menit, 3-5 kali per minggu selama 12 minggu, mengurangi gejala depresi.
  • Mengurangi risiko kanker payudara dan kolon. Wanita yang berjalan secara rutin 65 menit hinga 135 menit per minggu bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara dan kolon hingga 18 persen dibandingkan wanita yang tidak aktif. Studi memperlihatkan, olahraga dapat mencegah kanker kolon. Untuk orang yang telah terkena kedua kanker, olahraga mampu meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi angka kematian.
  • Meningkatkan kebugaran. Jalan kaki 3 kali per minggu selama 30 menit dapat meningkatkan kebugaran dan sistem pernafasan secara signifikan.
  • Jalan kaki singkat pun meningkatkan kebugaran. Studi yang dilakukan pada pejalan kaki wanita memperlihatkan, jalan kaki singkat sekitar 10 menit per hari pun punya efek buat kesehatan. Hasilnya akan terlihat pada peningkatan kebugaran dan pengurangan lemak di tubuh, kalau dilakukan hingga 30 menit per hari.
  • Meningkatkan fungsi fisik. Riset memperlihatkan, jalan kaki bisa meningkatkan kebugaran dan fungsi kerja tubuh serta melindungi tubuh dari penyakit degeneratif pada orang lanjut usia.
Oke, Sob... sudah pada tau kan manfaat besar dari berjalan kaki? So, sediakan waktu yuk untuk jalan kaki tiap harinya. Mungkin manfaatnya nggak berasa sekarang, tapi kan investasi buat kesehatan kita di masa depan. ^__^ jurnalhajiumroh.com/Annida -online

Jumat, 02 November 2012

BURUNG WALET


Burung walet merupakan burung yang hidup di daerah yang beriklim tropis lembab, dan merupakan burung pemakan serangga yang suka tinggal di dalam gua-gua dan rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang dan sampai gelap dan menggunakan langit-langitnya utk membangun sarang dan berkembang biak.
Burung walet dikelompokkan dalam 2 genus yaitu Aerodramus (9 spesies) dan Collocalia (2 spesies).  Dari 11 jenis hanya terdapat 3 spesies menghasilkan sarang yang bisa dimakan, yaitu Aerodramus fuciphagus, A. maximus, A. germani.
Nama walet memang sudah tidak asing di telinga setiap orang karena harga jual sarangnya yang tinggi. Satu kilogram sarang walet bisa dihargai 15-20 juta rupiah. Sarang walet dapat dijadikan salah satu komoditas ekspor yang bisa diandalkan. Ekspor sarang walet dari Indonesia masih lebih besar dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Filipina. Cina dan Hongkong merupakan konsumen tetap sarang burung walet dari Indonesia. Dari Hongkong, komoditas ini kemudian disebarkan ke Asia Tengah, Eropa, Afrika, hingga Amerika. Awalnya sarang walet diperoleh dari hasil tangkapan alam, yakni berasal dari gua-gua yang berada di dekat pantai. Perburuan sarang walet gua di Indonesia diperkirakan sudah berlangsung sejak tahun 1700-an. Dimulai dari gua Karangbolong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, lalu menyebar ke daerah lain seperti Gresik dan Tuban di Jawa Timur, serta Rembang, Tegal, Semarang, dan Lasem di Jawa Tengah. Perburuan paling intensif terjadi di sekitar pantai utara Pulau Jawa yang populasi penduduknya padat dan lokasi gua walet yang mudah dicapai. Akibatnya, ketersediaan sarang walet di alam semakin menipis. Selain karena perburuan liar, habitat walet juga terancam oleh adanya aktivitas penambangan yang dilakukan secara serampangan.