Bambu
ialah kumpulan bagi rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu yang
melengkung, dengan batang-batangnya yang
biasanya tegak, kadang-kadang menanjak, mengayu dan bercabang-cabang, dapat
mencapai umur panjang dan pada lazimnya mati tanpa bunga. Batang bambu terdiri dari
buku dan ruas. Pada salah satu sisi
buku, muncul cabang yang beruas-ruas dan di antara ruas cabang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh buku cabang.
Pada salah satu buku cabang muncul ranting, demikian seterusnya sehingga
tanaman bambu merupakan tegakan rumpun dengan batang-batang tegak, bagian ujung
batang melengkung dan kiri-kanan muncul cabang pada buku berselang-seling yang
dipenuhi oleh ranting dan daun.
Sejak
jaman dahulu bambu sudah dikenal sebagai tumbuhan serbaguna bahkan oleh bangsa
kita, batang pohon bambu dipakai sebagai simbol senjata dalam meraih
kemerdekaan dari tangan penjajah. Pohon
yang termasuk suku Graminea ini merupakan tanaman yang tidak asing lagi
bagi masyarakat Indonesia karena tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan
nusantara.
Di pedesaan seringkali dijumpai tanaman
bambu rakyat yang ditanam di lahan-lahan tertentu seperti di pekarangan, di
tepi sungai, tepi jurang atau pada batas-batas kepemilikan lahan. Ciri-ciri
rumah di pedesaan yang bahan bangunannya didominasi oleh bambu, menandakan
bahwa bambu sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat desa, demikian juga
dengan peralatan rumah tangga yang mereka pakai tidak terlepas dari hasil
modifikasi bambu yang diraut sedemikian rupa sehingga berguna untuk peralatan
rumah tangga sehari-hari. Masyarakat juga memanfaatkan rebung bambu. Rebung adalah tunas atau batang-batang bambu yang
masih muda yang muncul dari permukaan dasar rumpun, tumbuh dan berkembang
membentuk kerucut yang merupakan bentuk awal
dari perkembangan batang. Rebung
ini biasanya dipanen untuk dikonsumsi menjadi bahan makanan misalnya untuk
dibuat sayur sebagai teman nasi.
Penyebaran dan
tempat tumbuh
Bambu termasuk keluarga rumput-rumputan dan
merupakan tumbuhan paling besar di dunia dalam keluarga ini. Ada lebih dari 1200 spesies bambu dan
kebanyakan terdapat di Asia. Dari sekitar 75 genus terdiri dari 1.500
spesies bambu di seluruh dunia, 10 genus atau 125 jenis di antaranya terdapat
di Indonesia. Berdasarkan sistem
percabangan rimpang, genus-genus bambu tersebut dikelompokkan menjadi dua
bagian. Pertama, genus yang berakar
rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk di dalamnya genus Bambusa,
Dendrocalamus, Gigantochloa, dan Schizostachyum. Kedua, genus berakar rimpang dan tumbuh secara
monopodial (horizontal) dan bercabang secara lateral sehingga menghasilkan
rumpun tersebar, di antaranya genus Arundinaria.
Bambu dapat tumbuh di daerah tropis, sub tropis dan
daerah beriklim sedang, dari dataran rendah sampai ketinggian tertentu. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian sedang di daerah tropis, hidup liar, dibudidayakan atau tumbuh di
habitat yang sangat bervariasi
Budidaya Tanaman
Bambu
Terdapat dua cara pengembangbiakan tanaman bambu yang
dikenal yaitu cara generatif dan vegetatif. Dibandingkan tanaman yang dilakukan secara vegetatif,
tanaman yang berasal dari benih/biji (generatif) membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencapai ukuran normal. Cara
yang umum dilakukan dalam pengembangbiakan vegetatif adalah dengan stek batang,
stek cabang dan stek rhizom. Ketiga cara ini biasanya dicocokkan lagi
dengan jenis bambu yang akan ditanam.
Di Pulau Jawa, jarang menggunakan stek, tetapi lebih
banyak menggunakan potongan-potongan akar (Rhizom), jenis bambu yang banyak
berhasil diterapkan dengan cara ini misalnya adalah: Bambusa bambus, Bambusa
spinosa, dan Bambosa vulgaris.
Pemeliharaan
Tanaman
bambu yang dibudidayakan perlu juga pemeliharaan. Pemeliharaan bambu dapat dibagi dua tahap
yaitu tahap sebelum mencapai perumpunan normal, dan tahap setelah perumpunan
normal. Tahap pertama meliputi penyiangan dan penggemburan tanah sekitar tanaman,
dan pemeliharaan tahap kedua yaitu melakukan pemangkasan cabang bawah sekitar
2–3 meter serta penimbunan dasar rumpun dengan tanah.
Meskipun tanaman bambu memerlukan pemeliharaan namun
dalam pelaksanaannya tidak begitu intensif, sehingga tidak merepotkan pemiliknya. Tindakan pemeliharaan tanaman bambu antara
lain pemangkasan, penyiangan, pembumbungan dan pemupukan. Sama halnya dengan tanaman lain, bambu
juga perlu diberi pupuk. Selain
mempercepat pertumbuhan, pemupukan juga berguna untuk meningkatkan jumlah batang
dan rebung. Pupuk yang digunakan tanaman
bambu adalah 15-15-15 NPK, Urea, TSP dan KCl. Dosis pupuk yang digunakan belum ada ketentuan
yang pasti karena berapapun pupuk yang diberikan pasti diserap tanaman bambu.
Tanaman bambu tergolong tumbuhan yang banyak menyerap unsur hara,
sedangkan unsur hara yang dikembalikan
ke tanah relatif kecil. Pemupukan
dengan menggunakan 15-15-15 NPK (masing-masing 100, 100, 100, kg/ha) dapat
meningkatkan hasil buluh dan rebung. Pemupukan
dilakukan pada awal dan akhir musim
hujan.
Pemanenan dan
Pascapanen
Dalam
pemanenan bambu, hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu tebang yang tepat. Maksudnya adalah batang bambu yang ditebang
sudah cukup tua. Misalnya bambu yang
digunakan untuk barang kerajinan sebaiknya diambil setelah berumur tiga tahun. Bila bambu yang diambil terlalu muda, maka
kurang baik hasilnya. Adapun musim yang tepat
untuk pemanenan bambu adalah pada awal musim kemarau atau diakhir musim
penghujan. Pada waktu pemanenan
sebaiknya pada awal atau saat musim kemarau.
Dalam
pemanenan bambu, kita mengenal dua cara penebangan yaitu tebang pilih dan
tebang habis. Cara tebang pilih yakni
memilih buluh yang sudah tua saja dengan tebangan berkisar 25–50 % buluh yang
cukup tua per-rumpun. Setelah 1–2 tahun,
penebangan berikutnya kembali dilakukan.
Kelemahan dari cara ini yaitu memakan waktu lebih lama dan juga
membutuhkan keahlian khusus dalam pengerjaannya. Alternatif lain adalah sistem tebang habis
yang memang dirasakan lebih menguntungkan.
Namun, cara ini kelemahannnya lebih banyak lagi. Rumpun yang sudah ditebang tidak dapat
menghasilkan rebung atau menghasilkan rebung yang berukuran lebih kecil dari
ukuran normal, sementara produk batangan bambu ikut terhenti.
Setelah
pemanenan, proses selanjutnya ialah pengawetan. Perlu tidaknya suatu pengawetan tergantung
pada kebutuhan pemakaian bambu tersebut. Jika bambu yang dipakai sekedar hanya untuk
membuat sumpit atau tusuk sate saja, rasanya tidak begitu perlu diadakan proses
pengawetan. Tapi jika bambu akan
digunakan sebagai bahan bangunan, sudah barang tentu pengawetan perlu dilakukan
agar bambu yang dipakai bisa lebih tahan lama.
Nandika & Tapa Darma (1994) mengklasifikasikan macam cara dan metode
dalam dua metode yaitu: pengawetan bambu tanpa bahan kimia dan pengawetan bambu dengan
bahan kimia. Metode pengawetan
tanpa bahan kimia (metode tradisional)
dipandang cocok digunakan dalam pengawetan bambu. Ini disebabkan karena mudah pelaksanaannya,
ekonomis, serta bersahabat dengan lingkungan meskipun beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode tersebut hanya efektif terhadap serangan bubuk kering.
Sedangkan metode dengan bahan kimia yang
umum dilakukan adalah metode merendam, dengan bahan pengawet yang biasa
digunakan untuk wolmanit CB, TCB, ACC
atau asam borak.
Manfaat Bambu
Bambu
merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang,
daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Manfaat tanaman serbaguna ini sangat
beragam. Setidaknya ada 600 jenis barang
kebutuhan manusia berbahan baku bambu. Dalam
kehidupan sehari-hari, perabot berbahan baku bambu mudah dijumpai, di antaranya,
meja, kursi, tusuk gigi, tatakan gelas, tudung saji, tempat buah, tas, tirai,
tikar hingga sandal.
Pemanfaatan
bambu dalam masyarakat dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kebudayaan (meriam bambu, kentongan, obor)
b. Konservasi
(pencegah longsor, pemecah angin)
c. Kebutuhan sehari-hari (keranjang, tusuk sate)
d. Konstruksi
(Tiang, pagar, lantai, dinding)
e. Kerajinan (bahan ukiran, anyaman)
f. Alat musik (suling, kulintang)
g. Industri kecil (skala rumah tangga, skala
kecil)
h. Industri besar (pulp dan kertas)
i. Tanaman hias
j. Bahan bakar (arang)
Pemanfaatan
jenis-jenis bambu untuk berbagai keperluan dapat dilihat pada tabel berikut:
Jenis Bambu
|
Kesesuaian Penggunaan
|
||||||
Mebel
|
Kertas
|
Sumpit
|
Papan Serat
|
Konstruksi
|
Papan Partikel
|
Sayur
|
|
Ampel
|
-
|
√
|
-
|
√
|
-
|
√
|
-
|
Apus
|
√
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
-
|
Ater
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Betung
|
-
|
-
|
√
|
-
|
√
|
-
|
√
|
Duri
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
-
|
Hitam
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
-
|
√
|
Bambu Sebagai
Bahan Konstruksi
Bambu
merupakan salah satu bahan bangunan yang tertua yang digunakan manusia
tropik. Bambu juga merupakan bahan
bangunan yang sangat terkenal di Indonesia khususnya bagi masyarakat pedesaan. Hal ini disebabkan karena bambu mudah
diperoleh, harganya relatif murah dan secara teknis relatif mudah dikerjakan
oleh tenaga kurang terampil. Selain itu
bambu juga memiliki sifat kuat tarik yang cukup besar dan cukup elastis
sehingga cocok untuk digunakan sebagai tulangan alternatif untuk daerah
pedalaman bila tulangan besi tidak tersedia atau harganya sangat mahal.
Batang
bambu dapat digunakan sebagai bahan konstruksi untuk pembangunan rumah, gedung,
jembatan, dan lain-lain. Pemanfaatannya
antara lain dalam bentuk dinding, rangka kuda-kuda, tiang, kasau alias kaso,
lantai, pintu, kusen jendela, dan juga atap atau langit-langit. Belakangan
muncul gagasan tentang penggunaan bambu sebagai alternatif tulangan atau
kerangka pada beton untuk menggantikan besi baja. Hal ini didorong oleh suatu hasil pengujian
tentang sifat mekanis bambu di Indonesia yang menyatakan bahwa bambu memiliki
nilai kekuatan tarik (tegangan patah untuk tarikan) sebesar 1.000 sampai 4.000
kg/cm2 yang setara dengan besi baja berkualitas sedang. Besarnya nilai kekuatan tarik dari bambu
merupakan pilihan alternatif, karena bambu mempunyai potensi yang tinggi,
murah, kuat, dan kemampuan seperti besi baja sebagai tulangan beton.
Produktifitas
Bambu
Produktivitas
Thyrsostachys siamensis di Thailand rata-rata 1500 buluh/ha pertahun.
Produksi bambu ini pada tahun panen raya 3 x pada panenan biasa yakni 3 – 5
ton/h. Produktivitas Bambusa bambos 5000
– 8000 buluh/ha/tahun, 24,7 ton/tahun pada saat panenan raya atau 5 -8 ton/ha
pada panenan biasa per tahun. Di
Filipina Bambusa bluncana memproduksi 960 – 16000 buluh/ha/tahun. Di India Bambusa bambos rata-rata 32
t/ha/thn. Hasil rebung Dendrocalamus
asper pada tahun 1984 di Thailand sekitar 38.000 ton/ha. Di Indonesia, produksi batang mencapai 43,4
ton/ha dengan rotasi 2 tahun.
Pemasaran Bambu
Mengingat
kebutuhan akan bambu cukup tinggi, pamasaran dan pengusahaan bambu tentunya
memiliki prospek yang baik. Jenis
pemasaran bambu dapat dibagi dalam bentuk yang masih gelondongan, kerajinan
tangan, mebel, bahan makanan (rebung) sumpit, tanaman hias dan lain-lain. Selain untuk dipasarkan di dalam negeri,
Indonesia juga mengekspor komoditas ini ke berbagai negara. Dalam kurun waktu lima tahun antara tahun
1992-1997, negara yang menjadi tujuan pasar atau ekspor bambu adalah Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Singapore, Arab Saudi, Amerika Serikat dan beberapa
negara besar di belahan Eropa misalnya Inggris, Belanda, Prancis, Jerman,
Belgia, Austria, Denmark, Italy, Spanyol dan Rusia.
(Dari Berbagai
Sumber)
Pertemuan
Ketiga, Kuliah hasil Hutan Bukan Kayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar