Jumat, 05 Oktober 2012

BEBERAPA PRODUK TUMBUHAN MONOKOTIL (BAMBU)


Bambu ialah kumpulan bagi rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu yang melengkung,  dengan batang-batangnya yang biasanya tegak, kadang-kadang menanjak, mengayu dan bercabang-cabang, dapat mencapai umur panjang dan pada lazimnya mati tanpa bunga.  Batang bambu terdiri dari buku dan ruas.  Pada salah satu sisi buku, muncul cabang yang beruas-ruas dan di antara ruas cabang yang satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh buku cabang.  Pada salah satu buku cabang muncul ranting, demikian seterusnya sehingga tanaman bambu merupakan tegakan rumpun dengan batang-batang tegak, bagian ujung batang melengkung dan kiri-kanan muncul cabang pada buku berselang-seling yang dipenuhi oleh ranting dan daun.
Sejak jaman dahulu bambu sudah dikenal sebagai tumbuhan serbaguna bahkan oleh bangsa kita, batang pohon bambu dipakai sebagai simbol senjata dalam meraih kemerdekaan dari tangan penjajah.  Pohon yang termasuk suku Graminea ini merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan nusantara.
       Di pedesaan seringkali dijumpai tanaman bambu rakyat yang ditanam di lahan-lahan tertentu seperti di pekarangan, di tepi sungai, tepi jurang atau pada batas-batas kepemilikan lahan.  Ciri-ciri rumah di pedesaan yang bahan bangunannya didominasi oleh bambu, menandakan bahwa bambu sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat desa, demikian juga dengan peralatan rumah tangga yang mereka pakai tidak terlepas dari hasil modifikasi bambu yang diraut sedemikian rupa sehingga berguna untuk peralatan rumah tangga sehari-hari. Masyarakat juga memanfaatkan rebung bambu.  Rebung adalah tunas atau batang-batang bambu yang masih muda yang muncul dari permukaan dasar rumpun, tumbuh dan berkembang membentuk kerucut yang merupakan bentuk awal  dari perkembangan batang.  Rebung ini biasanya dipanen untuk dikonsumsi menjadi bahan makanan misalnya untuk dibuat sayur sebagai teman nasi.
Penyebaran dan tempat tumbuh
Bambu termasuk keluarga rumput-rumputan dan merupakan tumbuhan paling besar di dunia dalam keluarga ini.  Ada lebih dari 1200 spesies bambu dan kebanyakan terdapat di Asia.  Dari sekitar 75 genus terdiri dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, 10 genus atau 125 jenis di antaranya terdapat di Indonesia.  Berdasarkan sistem percabangan rimpang, genus-genus bambu tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian.  Pertama, genus yang berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk di dalamnya genus Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, dan Schizostachyum.  Kedua, genus berakar rimpang dan tumbuh secara monopodial (horizontal) dan bercabang secara lateral sehingga menghasilkan rumpun tersebar, di antaranya genus Arundinaria.
Bambu dapat tumbuh di daerah tropis, sub tropis dan daerah beriklim sedang, dari dataran rendah sampai ketinggian tertentu.  Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sedang di daerah tropis, hidup liar, dibudidayakan atau tumbuh di habitat yang sangat bervariasi
Budidaya Tanaman Bambu
Terdapat dua cara pengembangbiakan tanaman bambu yang dikenal yaitu cara generatif dan vegetatif.  Dibandingkan tanaman yang dilakukan secara vegetatif, tanaman yang berasal dari benih/biji (generatif) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai ukuran normal.  Cara yang umum dilakukan dalam pengembangbiakan vegetatif adalah dengan stek batang, stek cabang dan stek rhizom.  Ketiga cara ini biasanya dicocokkan lagi dengan jenis bambu yang akan ditanam.
Di Pulau Jawa, jarang menggunakan stek, tetapi lebih banyak menggunakan potongan-potongan akar (Rhizom), jenis bambu yang banyak berhasil diterapkan dengan cara ini misalnya adalah: Bambusa bambus, Bambusa spinosa, dan Bambosa vulgaris.
Pemeliharaan
Tanaman bambu yang dibudidayakan perlu juga pemeliharaan.  Pemeliharaan bambu dapat dibagi dua tahap yaitu tahap sebelum mencapai perumpunan normal, dan tahap setelah perumpunan normal.  Tahap pertama meliputi penyiangan dan penggemburan tanah sekitar tanaman, dan pemeliharaan tahap kedua yaitu melakukan pemangkasan cabang bawah sekitar 2–3 meter serta penimbunan dasar rumpun dengan tanah.
Meskipun tanaman bambu memerlukan pemeliharaan namun dalam pelaksanaannya tidak begitu intensif, sehingga tidak merepotkan pemiliknya.  Tindakan pemeliharaan tanaman bambu antara lain pemangkasan, penyiangan, pembumbungan dan pemupukan.  Sama halnya dengan tanaman lain, bambu juga perlu diberi pupuk.  Selain mempercepat pertumbuhan, pemupukan juga berguna untuk meningkatkan jumlah batang dan rebung.  Pupuk yang digunakan tanaman bambu adalah 15-15-15 NPK, Urea, TSP dan KCl.  Dosis pupuk yang digunakan belum ada ketentuan yang pasti karena berapapun pupuk yang diberikan pasti diserap tanaman bambu.
Tanaman bambu tergolong tumbuhan yang banyak menyerap unsur hara, sedangkan unsur hara yang dikembalikan  ke tanah relatif kecil.  Pemupukan dengan menggunakan 15-15-15 NPK (masing-masing 100, 100, 100, kg/ha) dapat meningkatkan hasil buluh dan rebung.  Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan.
Pemanenan dan Pascapanen
Dalam pemanenan bambu, hal penting yang harus diperhatikan  yaitu waktu tebang yang tepat.  Maksudnya adalah batang bambu yang ditebang sudah cukup tua.  Misalnya bambu yang digunakan untuk barang kerajinan sebaiknya diambil setelah berumur tiga tahun.  Bila bambu yang diambil terlalu muda, maka kurang baik hasilnya.  Adapun musim yang tepat untuk pemanenan bambu adalah pada awal musim kemarau atau diakhir musim penghujan.  Pada waktu pemanenan sebaiknya pada awal atau saat musim kemarau.
Dalam pemanenan bambu, kita mengenal dua cara penebangan yaitu tebang pilih dan tebang habis.  Cara tebang pilih yakni memilih buluh yang sudah tua saja dengan tebangan berkisar 25–50 % buluh yang cukup tua per-rumpun.  Setelah 1–2 tahun, penebangan berikutnya kembali dilakukan.  Kelemahan dari cara ini yaitu memakan waktu lebih lama dan juga membutuhkan keahlian khusus dalam pengerjaannya.  Alternatif lain adalah sistem tebang habis yang memang dirasakan lebih menguntungkan.  Namun, cara ini kelemahannnya lebih banyak lagi.  Rumpun yang sudah ditebang tidak dapat menghasilkan rebung atau menghasilkan rebung yang berukuran lebih kecil dari ukuran normal, sementara produk batangan bambu ikut terhenti.
Setelah pemanenan, proses selanjutnya ialah pengawetan.  Perlu tidaknya suatu pengawetan tergantung pada kebutuhan pemakaian bambu tersebut.  Jika bambu yang dipakai sekedar hanya untuk membuat sumpit atau tusuk sate saja, rasanya tidak begitu perlu diadakan proses pengawetan.  Tapi jika bambu akan digunakan sebagai bahan bangunan, sudah barang tentu pengawetan perlu dilakukan agar bambu yang dipakai bisa lebih tahan lama.
Nandika & Tapa Darma (1994) mengklasifikasikan macam cara dan metode dalam dua  metode yaitu: pengawetan bambu  tanpa bahan kimia dan pengawetan bambu dengan bahan kimia.  Metode pengawetan tanpa bahan kimia (metode tradisional)  dipandang cocok digunakan dalam pengawetan bambu.  Ini disebabkan karena mudah pelaksanaannya, ekonomis, serta bersahabat dengan lingkungan meskipun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metode tersebut hanya efektif terhadap serangan bubuk kering.  Sedangkan metode dengan bahan kimia yang umum dilakukan adalah metode merendam, dengan bahan pengawet yang biasa digunakan untuk  wolmanit CB, TCB, ACC atau asam borak.
Manfaat Bambu
Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan.  Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.  Manfaat tanaman serbaguna ini sangat beragam.  Setidaknya ada 600 jenis barang kebutuhan manusia berbahan baku bambu.  Dalam kehidupan sehari-hari, perabot berbahan baku bambu mudah dijumpai, di antaranya, meja, kursi, tusuk gigi, tatakan gelas, tudung saji, tempat buah, tas, tirai, tikar hingga sandal.
Pemanfaatan bambu dalam masyarakat dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.  Kebudayaan (meriam bambu, kentongan, obor)
b. Konservasi (pencegah longsor, pemecah angin)
c.  Kebutuhan sehari-hari (keranjang, tusuk sate)
d. Konstruksi (Tiang, pagar, lantai, dinding)
e.  Kerajinan (bahan ukiran, anyaman)
f.  Alat musik (suling, kulintang)
g.  Industri kecil (skala rumah tangga, skala kecil)
h.  Industri besar (pulp dan kertas)
i.   Tanaman hias
j.    Bahan bakar (arang)
Pemanfaatan jenis-jenis bambu untuk berbagai keperluan dapat dilihat pada tabel berikut:
Jenis Bambu
Kesesuaian Penggunaan
Mebel
Kertas
Sumpit
Papan Serat
Konstruksi
Papan Partikel
Sayur
Ampel
-
-
-
-
Apus
-
-
Ater
Betung
-
-
-
-
Duri
-
-
-
Hitam
-
-

Bambu Sebagai Bahan Konstruksi
Bambu merupakan salah satu bahan bangunan yang tertua yang digunakan manusia tropik.  Bambu juga merupakan bahan bangunan yang sangat terkenal di Indonesia khususnya bagi masyarakat pedesaan.  Hal ini disebabkan karena bambu mudah diperoleh, harganya relatif murah dan secara teknis relatif mudah dikerjakan oleh tenaga kurang terampil.  Selain itu bambu juga memiliki sifat kuat tarik yang cukup besar dan cukup elastis sehingga cocok untuk digunakan sebagai tulangan alternatif untuk daerah pedalaman bila tulangan besi tidak tersedia atau harganya sangat mahal.
Batang bambu dapat digunakan sebagai bahan konstruksi untuk pembangunan rumah, gedung, jembatan, dan lain-lain.  Pemanfaatannya antara lain dalam bentuk dinding, rangka kuda-kuda, tiang, kasau alias kaso, lantai, pintu, kusen jendela, dan juga atap atau langit-langit.  Belakangan muncul gagasan tentang penggunaan bambu sebagai alternatif tulangan atau kerangka pada beton untuk menggantikan besi baja.  Hal ini didorong oleh suatu hasil pengujian tentang sifat mekanis bambu di Indonesia yang menyatakan bahwa bambu memiliki nilai kekuatan tarik (tegangan patah untuk tarikan) sebesar 1.000 sampai 4.000 kg/cm2 yang setara dengan besi baja berkualitas sedang.  Besarnya nilai kekuatan tarik dari bambu merupakan pilihan alternatif, karena bambu mempunyai potensi yang tinggi, murah, kuat, dan kemampuan seperti besi baja sebagai tulangan beton.
Produktifitas Bambu
Produktivitas Thyrsostachys siamensis di Thailand rata-rata 1500 buluh/ha pertahun. Produksi bambu ini pada tahun panen raya 3 x pada panenan biasa yakni 3 – 5 ton/h.  Produktivitas Bambusa bambos 5000 – 8000 buluh/ha/tahun, 24,7 ton/tahun pada saat panenan raya atau 5 -8 ton/ha pada panenan biasa per tahun.  Di Filipina Bambusa bluncana memproduksi 960 – 16000 buluh/ha/tahun.  Di India Bambusa bambos rata-rata 32 t/ha/thn.  Hasil rebung Dendrocalamus asper pada tahun 1984 di Thailand sekitar 38.000 ton/ha.  Di Indonesia, produksi batang mencapai 43,4 ton/ha dengan rotasi 2 tahun.
Pemasaran Bambu
Mengingat kebutuhan akan bambu cukup tinggi, pamasaran dan pengusahaan bambu tentunya memiliki prospek yang baik.  Jenis pemasaran bambu dapat dibagi dalam bentuk yang masih gelondongan, kerajinan tangan, mebel, bahan makanan (rebung) sumpit, tanaman hias dan lain-lain.  Selain untuk dipasarkan di dalam negeri, Indonesia juga mengekspor komoditas ini ke berbagai negara.  Dalam kurun waktu lima tahun antara tahun 1992-1997, negara yang menjadi tujuan pasar atau ekspor bambu adalah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapore, Arab Saudi, Amerika Serikat dan beberapa negara besar di belahan Eropa misalnya Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Belgia, Austria, Denmark, Italy, Spanyol dan Rusia.
(Dari Berbagai Sumber)
Pertemuan Ketiga, Kuliah hasil Hutan Bukan Kayu 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar